Selasa, 24 April 2012

Hubungan Pela Hatusua - Tengah_tengah

Mulai dari Tahun 1899 sejak Negeri ini mendapat Hukuman dengan terjadinya air pasang dengan naiknya gelombang laut menghantam negeri Hatusua, adapun beberapa hal yang saya dapat dari nara sumber saat bercerita kepada kami :

# Cerita Tentang Negeri Lama
Tidak juga disebutkan secara mendetail tentang perkembangan asal mula injil di Negeri Hatusau, pada saat berdomisili di negeri lama. Seperti diketahui negeri lama telah tenggelam akibat air pasang., Pada Dasa warsa ini pendeta yang bertugas yaitu Pendeta Tentua. Pada waktu air pasang ini terjadi pendeta tentua selamat dari terjangan air laut. Bencana ini terjadi pada bulan September tahun 1899 pada suasana perayaan gereja. Ada sesuatu yang menarik dari cerita ini yatitu tenteng adanya peringatan yang diberikan oleh seseorang tanpa identitas dan berwujud malaikat, memberikan sepucuk surat kepada seorang ibu janda yang juga tidak diketahui identitasnya. Dikatakan kepada janda itu untuk tidak boleh membuka atau membaca isi surat itu, hanya dimintakan kepada janda itu untuk memberikan surat itu kepada Tuan Mores / "Posthoider", Kira - kira jam 7 malam, isi surat itu mengatakan bahwa Posthoider dan sanak saudaranya serta pembantunya harus pergi ke tengah lautan menggunakan perahu. kemudian perintah itu dilaksanakan oleh poshoider. sesampainya ditengah laut Posthoider beserta keluarga berdoa (kira-kira jam 12 malam) setelah selesai berdoa Posthoider dan keluarga merasa takut dan berpikir hampir mati karena mereka melihat "kunang-kunang raksasa". Ternyata setelah kunang-kunang itu pergi, tiba-tiba mereka melihat dan merasakan adanya ombak besar setinggi gunung yang datang menghampiri mereka.
pada saat fajar mulai menyingsing, Posthoider beserta keluarga kembali ke negeri, ternyata baru disadarai bahwa ombak yang dilihat dan dirasakan itu meluluh lantakan negeri mereka, dimana banyak korban jiwa dan rumah-rumah hancur, itu lalu mambuat negeri lain merasa iba dan datang untuk membantu, tetapi ada pula yang ingin menghancurkan negeri hatusua secara keseluruhan yaitu orang "Wemale" (Suku Wemale). Dilain sisi ada Orang Tengah - Tengah (Kapitan Tuharea) yang datang untuk membantu dan ada juga orang "Alune" (Suku Alune) yang menjaga negeri hatusua yaitu "Kapitan Sabun", yaitu dari sebelah belakang negeri yang disebut dengan "Hatumena" dan di sebelah depan disebut "Hatumuli". Inilah proses saling membantu dan juga ada rasa benci dari negeri-negeri desekitar dalam menyikapi dan turut merasakan apa yang terjadi pada negeri Hatusua.
Orang tengah - Tengah yaitu mereka yang datang dari pulau Ambon, datang dan membantu, mereka membersihkan mayat-mayat, baik yang ada di pantai maupun yang bergelantungan diatas pohon, juga menyalakan api unggun bagi mereka yang selamat dari bencana, serta berusaha mencari makan bagi orang Hatusua. Dari semua proses saling menbantu dan bahu membahu itulah memunculkan rasa persaudaraan yang sangat erat, kemudian dibuatlah sebuah ritual untuk mengikat persaudaraan tersebut. Adapun ritual itu menggunakan sebatang pohon beringin yang dipegang oleh satu orang dari negeri Tengah-tengah dan satu orang dari negeri Hatusua, dengan sebuah sumpah akan menjadi saudara dan tidak dapat dilepas-pisahkan. Suatu peringatan terhadap siapa saja yang berusaha untuk melepas pisahkan kedua negeri tersebut akan gugur layaknya daun beringin yang gugur dan jatuh ke tanah. Ini kemudian membuat orang Hatusua tidak boleh menikah dengan orang Tengah-tengah.


By :

Aldiron_Tahalele_Moluccas
Blog : http://aldhietahalele.blogspot.com
E-mail : aldironjhonytahalele@yahoo.co.id
sumber cerita : Opa Oni Tahalele (Hatusua)

A . T _ Lateri


Penjelasan Sejarah

      Tertulis dalam buku Latu patih pulau ambon, Datuk-Datuk yang datang dari pulau ibu (Nusa ina) dengan pakatora (rakit) dengan layar daun kelapa, singgah di Lataeri (sekarang Lateri) yang dalam bahasa Hitu yang berarti Tanah rata pada tahun 1514. Saat itu Lateri, Hunuth, Galagala (sekarang Galala) belum ada. 


Pada abad ke-15 sampai abad 17


      Portugis masuk ke Maluku pada abad 15 kemudian merubah nama Lataeri menjadi Lateri yang artinya batu pertama. Portugis singgah di pulau ambon melalui negri Hitu ke Hunuth dan durian patah kemudian menyebrang ke Lateri dan singgah di tanjung Lateri batu, (sekarang tempat tersebut sudah di bangun rumah oleh saudara Christian Saimima).


      Selanjutnya mulai dari abad ke-15 sampai abad ke-16, Datuk-datuk kami yang tinggal dilateri belum termasuk pertuanaan Halong. Masyarakat Halong mengorganisir diri dengan sistim Soa, yaitu Soa Tanah Hitu kemudian datang lagi Soa Selang bersama Pati dari Seram Timur yang sangat dihormatinya oleh Masyarakat Halong dengan membawa seorang permpuan dari lontor Banda yaitu dari Keluarga Latulocol, namun setelah Masyarakat Halong menerima kekeristenan pada tahun 1629 maka Soa Tanah Hitu pergi dan berdiam diHitu Lama, Soa Selang dan pati   pulang ke seram Timur.


     Pada abad ke-17 perkembangan jemaat, barulah Lateri dan Latta termasuk pertuanan atau dusun kecil Halong di bawah pimpinan orang kaya “ALFONSO TUPENALAY”. Dan dari abad ke-15 sampai ke-17 Lateri dan Latta tidak memiliki kepala kampung.



Peraturan Dati dari Pemerintah Hindia Belanda pada tahun 1814
untuk pulau Ambon

    Pada abad ke-18 setelah peraturan Dati Hindia Belanda pada tahun 1814, Belanda merubah nama Lataeri menjadi Lateri. Lalu moyang-moyang kami yang berdiam dari abad ke-15 sampai ke-18 membuat peraturan Dati dari pemerintah Belanda, barulah tiap-tiap negri adat diberi gelar raja (regen) dan desa-desa bawahan dikepalai ole kepala kampung (wijkmester) dan Lateri adalah Nederseteng tanah negri Halong. Lalu dari pasir putih sampai ke Mata passo, maka raja Halong atau regen van Halong memberikan tanah-tanah yang sudah diduduki oleh rakyat Lateri dari abad ke-15 sampai dengan peraturan Dati berlaku pada tahun 1814 ada yang menjadi hak milik seperi tanah eigendom dan hak pakai atau oftal.

    Sesudah rakyat kampung Lateri memiliki tanah-tanah tersebut yang diberikan oleh pemerintah negeri Halong, maka Raja Halong memberikan tugas kepada seorang yang dipercaya dari rakyat Lateri untuk menjadi kepala kampung atau wijkmester, maka penulis telah ingat wijkmester yang pertama adalah Bapak Anakotta, Beliau yang membangun gedung Gereja Lahai Roi tua yang mulai dibangun pada tahun 1850 dan yang diresmikan pada tahun 1875 di Lateri Batu-Batu dan sebuah sekolah kelas 5 (Beliau yang membangun gedung Gereja Lahai Roi tua yang mulai dibangun pada tahun 1850 dan yang diresmikan pada tahun 1875 di Lateri Batu-Batu dan sebuah sekolah kelas 5 (GOVERNEMENT SCHOOL) dan nama beliau tertulis pada batu prasasti bangunan tersebut beserta dengan nama pendeta Predi Kant, Tuan Yosep Kamp pada tahun 1875, gedung diresmikan.


     Nama-nama wijkmester yang terdaftar di kampung Lateri dari abad ke-18 sampai tahun 1988, yaitu  :

1.      Bapak Anakotta                                
2.      Bapak F. Ferdinandus                         
3.      Bapak Welem Sinanu
4.      Bapak Ever Sinanu
5.      Bapak Frans Sinanu
6.      Bapak Leunard Sopacua
7.      Bapak Daniel de Queljoe
8.      Bapak Stevanus Sahetapy
9.      Bapak Musa Wattimena
10.  Berubah menjadi Kelurahan


     Dari abad ke-18 oleh karena kampung Lateri terlalu panjang dan terbagi atas 7 tempat dengan namanya masing-masing  :

1.      Pasir putih
2.      Lateri Batu-Batu
3.      Warikan
4.      Nuntetu
5.      Kusu-Kusu
6.      Jembatan Gurita
7.      Mata passo


By :

Aldhie_Tahalele_Moluccas
Blog : http://aldhietahalele.blogspot.com
E-mail : aldironjhonytahalele@yahoo.co.id