Info 1.
Ditulis oleh : Aldhie Tahalele
.
Saya sudah mulai serius berbisnis beberapa tahun yang lalu, sejak masih duduk di bangku kuliah. Berkat kerja keras dan dukungan banyak pihak, saya bisa mencapai kondisi finansial yang "lumayan" tepat setelah saya sarjana. Jadi bisa dikatakan, saya
Pertama, anda harus berbisnis karena dalam ajaran agama (saya seorang muslim) diajarkan bahwa rejeki terbesar didapatkan dari perniagaan (perdagangan/bisnis). Kita sudah sering mendengar kalimat "bekerjalah seolah-olah kita akan hidup selamanya, beribadahlah seolah-olah kita akan mati esok hari". Nah, kalau hidup selamanya berarti kan butuh duit banyak, tuh. Coba ingat-ingat waktu anda beli rokok atau beli tomat 15 tahun yang lalu dan bandingkan harganya dengan sekarang. Berapa kali lipat tuh naiknya? Itu baru 15 tahun, bagaimana kalau hidup selamanya? Atau coba anda pikir-pikir deh, buat anda yang bekerja nih...sudah berapa tabungan anda sejak mulai bekerja sampai sekarang? Apakah sudah impas dengan biaya sekolah anda dari TK sampai sarjana? Jangan hitung gaji anda yang keluar buat makan sehari-hari, membayar tagihan dan menyekolahkan anak, itu mah sudah dianggap "bukan duit" karena itu kebutuhan primer yang tidak bisa tidak. Tapi hitung TABUNGAN anda. Berapa? Sebagian besar orang tidak memiliki apa-apa lagi untuk ditabung tepat setelah satu bulan sejak menerima gaji. Nah, kalau sudah jelas dalam agama bahwa rejeki terbanyak datangnya dari bisnis, ya itu jadi alasan pertama anda untuk segera memulai bisnis anda. Jangan lawan agama deh...apapun agama anda. Agama kan pedoman hidup, tul gak? Tul!
Kedua, anda harus berbisnis kalau anda menghendaki kehidupan yang mapan, nyaman, bebas dan tidak mengikat. Sedikit cerita, sebelum saya serius mengerjakan bisnis saya, beberapa teman kuliah dan anggota keluarga lebih mendorong saya untuk secepatnya menyelesaikan kuliah dan kemudian melamar untuk mencari pekerjaan, bukannya mengerjakan sesuatu yang "tidak pada jalurnya". Salah satu kalimat yang paaaaaling sering saya dengar waktu itu adalah,"yang pasti-pasti saja" dan "cari amannya saja". Sebagian besar orang menganggap dengan bekerja di sebuah perusahaan entah negeri atau swasta, maka kita sudah "pasti" dan sudah "aman". Mungkin maksudnya pasti mendapatkan gaji tiap bulan dan aman dari resiko finansial. Tapi mungkin karena bebal dan tololnya saya, kok saya tidak sependapat ya? Saya tidak bisa menghilangkan pikiran bahwa sama sekali tidak ada yang pasti dan aman selama nasib kita masih berada di tangan orang lain. Apanya yang pasti kalau suatu saat perusahaan tempat kita bekerja bangkrut? Trus sekarang ada krisis global lagi. Bisa dipastikan ratusan ribu hingga jutaan orang karyawan di seluruh dunia merasa tidak aman, takut kena imbasnya yaitu
Ketiga, anda harus berbisnis karena anda hidup di lingkungan yang matre. Saya tidak bilang anda matre lho, walaupun kalau iya juga gak papa kok...hehehe. Maksud saya lingkungan yang matre itu kayak gini nih : sejak lahir (orangtua) anda sudah mengeluarkan uang untuk melahirkan anda di rumah sakit atau bidan, kemudian keluar uang lagi untuk anda sekolah, trus keluar uang terus tiap hari untuk makan, lalu supaya gak telanjang keluar uang lagi deh beli pakaian, beli HP, beli kendaraan, beli bensin, parkirnya, perawatan kesehatannya, beli rumah, bayar telpon, bayar listrik, TV kabel, pulsa, liburan, kencing di mall, nonton Kuch-kuch Hota Hai di bioskop, pesta pernikahan daaaaaannn laaaaaiiiinnn sebagaaaaaiiiiinyaaaaaaa.....semuanya mengeluarkan uang. Jadi bukan anda yang mata duitan, tapi penjualnya. Iya kan? Anda sih mata mobilan, mata makanan, mata bajuan, mata pulsaan dll karena anda mengeluarkan uang dan penjualnya menerima uang. Dalam kasus anda beli mobil misalnya, siapa yang menerima duit? Penjualnya kan? Berarti dia mata duitan dong, andanya mata mobilan. Karena dia cari duit, anda cari mobil hehehehe......Nah, udah jelas kan sekarang. Menurut anda arus uang mengalir dari mana kemana? Dari pemakai ke penyedia!!! Penyedia adalah businessman, bro....
Keempat, anda harus berbisnis karena sebagai karyawan, nasib anda 1, 2, 3 tahun ke depan gampang ditebak, yaitu tidak jauh berbeda seperti rekan kerja anda di kantor yang sudah duluan masuk kerja 1, 2, 3 tahun sebelum anda. Coba lihat rekan kerja anda yang senior. Kalau anda menghendaki kehidupan seperti yang dia miliki, ya silakan lanjutkan pekerjaan anda tanpa memikirkan untuk memiliki bisnis. Tapi kalau anda ingin lebih, segeralah mulai bisnis anda! Saya jamin, di kantor anda tidak akan pernah memiliki penghasilan lebih besar dari boss anda. Tapi di bisnis, lain ceritanya sob. Kalau anda tekun, konsisten, persisten, kerja keras, banyak belajar dan berani gagal, anda bisa saja memiliki penghasilan berkali-kali lipat dari mereka yang sudah memulai bisnis yang sama beberapa tahun sebelum anda. Saya tahu, karena saya sudah melihat banyak sekali orang yang seperti itu. Cukup banyak untuk dijadikan bahan pelajaran. Terbuka peluang yang seluas-luasnya untuk anda di dunia bisnis, percayalah!
Kelima, ini mungkin yang paling bertentangan dengan pendapat umum. Untuk sukses di dunia bisnis, anda tidak butuh terlalu banyak modal embel-embel gelar akademik dan tidak butuh terlalu banyak modal duit (!). Saya setuju sekali kalau dikatakan ilmu itu penting, jauh lebih penting dari uang. Tapi saya tidak setuju kalau dikatakan ilmu terbaik hanya bisa didapatkan dari dalam tembok universitas. Ilmu bertebaran dimana-mana, coy. Anda pelajari baik-baik semua ilmu dari dosen anda pada saat anda kuliah, maka anda dijamin akan mendapatkan.........ijazah. Kerjaan? Duit? Eits, nanti dulu. Cari sendiri dong. Tapi kalo anda belajar baik-baik, nyontek, nempel kayak perangko dan sering nyempil di tengah-tengah orang sukses, anda dijamin akan kecipratan sukses juga. Karena anda bukan hanya belajar teori, tapi anda akan langsung praktek. Dan bukan cuma itu, secara tidak sadar anda sudah meng-copy pola pikir, mental dan psikologis dari orang-orang sukses tersebut. Itu yang paling penting, sodara-sodara. Nah, coba baca kisah orang-orang yang sangat (bukan biasa-biasa) sukses di bisnis mereka masing-masing. Sebagian besar, dalam prosentase yang sangat ekstrim (mendekati 100%), mereka memulai bisnis mereka dari modal duit yang sangat minim dibandingkan mereka yang percaya bahwa semakin tinggi gelar pendidikan, uang makin banyak. Ya iyalah, coba hitung biaya S1 berapa? lanjut S2? Trus S3? Wuih....kalo duitnya dikasih ke pebisnis internet misalnya, sudah jadi berapa ratus domain tuh? Sudah bisa beli ruang iklan berapa banyak?
Teman-teman, jangan salah tangkap. Saya sama sekali tidak mengecilkan arti menjadi karyawan atau meraih pendidikan formal setinggi-tingginya. Tapi maksud saya gini lho : kalo anda menjadi karyawan karena memang anda senang dan hobi bekerja kantoran, silakan. Tapi please deh, jangan jadikan itu sumber penghasilan satu-satunya bagi anda. Rawan banget! Misalnya anda seorang dokter dan memang cita-cita anda jadi dokter adalah untuk membantu orang lain. Bagus banget tuh! Tapi jangan jadikan profesi dokter anda sebagai satu-satunya sumber duit. Lha, kalo duitnya mulai seret, gimana? Jangan-jangan anda mulai asal-asalan juga nyembuhin kita-kita. Saya punya seorang teman Dokter ahli bedah tulang (orthopedi) yang punya bisnis dimana-mana (rumah makan lah, tambak ikan lah.....macem-macem deh) dan beliau mengatakan gini "Dokter yang paling kaya tidak selamanya dokter yang baik. Profesi dokter bukan untuk memperkaya diri. Jadi dokter untuk membantu orang, berbisnis untuk jadi kaya".
Tidak ada komentar:
Posting Komentar